Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah


Suatu ketika pernah ada diskusi tentang perencanaan ternak sapi perah, salah satu peserta menanyakan tentang faktor penentu keberhasilan dalam bisnis sapi perah. Dalam bisnis ada hitungan untung dan rugi ‘perlu dicatat’, untuk mendapatkan laba maksimal maka kita harus memahami ilmu manajemen ternak sapi perah minimal pada tingkat dasar tata kelola budidayanya.

Secara sederhana hubungan antara laba dengan produksi susu sapi pasti berbanding lurus, semakin baik produksi maka semakin baik pula laba yang akan diperoleh. Oleh karena itu secara keilmuan berikut ini sedikit kami paparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah produksi susu. Adapun faktor tersebut diantaranya:

1. Bangsa/ jenis sapi yang dipelihara.
Bangs sapi pastinya sangat menentukan kuantitas dan kualitas produksi susu, jika kita ingin memulai ternak sapi perah maka peliharalah sapi yang khusus untuk itu. Ada 3 jenis tipe sapi berdasarkan fungsi ini, yakni; sapi potong (penghasil daging), sapi perah (penghasil susu) dan dwiguna (bisa untuk perah dan potong). Jenis sapi potong diantaranya; limousine, ongole, brahman, angus, dll. Jenis sapi perah diantaranya, FH dan jersey dan untuk sapi dwiguna salah satunya adalah Simmental.

Di Indonesia bahkan dunia sapi yang paling banyak dipelihara untuk ternak perah adalah FH, alasannya karena produksi susunya yang tinggi serta sangat cocok dipelihara di daerah tropis maupun daerah beriklim sedang.

2. Periode kebuntingan
Periode kebuntingan sapi perah perlu diatur sedemikian rupa agar produksi susu optimal. Produksi susu pasti kan menurun disaat sapi sedang bunting, hal ini sangat terasa ketika usia kebuntingan sekitar 7 bulan hingga melahirkan. Oleh karena itu periode inseminasi pada sapi perah perlu diatur sedemikian rupa (tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat). Produksi susu sapi akan mengalami puncaknya saat 2 bulan setelah melahirkan, dan akan tetap berproduksi hingga 10 bulan (masa laktasi). Untuk itu sapi perah baik diinseminasi sekitar 4 – 7 bulan setelah melahirkan.

4. Ukuran Sapi
Ukuran sapi ini kadang diabaikan oleh peternak, padahal hal besar kecilnya sapi sapi sangat menentukan tingkat produksi. Sapi besar umumnya menghasilkan susu yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sapi kecil pada jenis dan umur yang sama. Oleh karena itu dalam membeli pedet kita harus jeli dan mendapatkan informasi selengkapnya tentang riwayat pedet tersebut.

5. Masa Birahi
Saat birahi biasanya nafsu makan sapi akan menurun sehingga produksi susu di hari itu akan menurun. Hal ini bisa terjadi hingga 3 hari seteleh masa birahi, jadi peternak tidak perlu khawatir bila terjadi penurunan produksi di masa ini.

6. Umur
Sapi perah akan mengalami puncak produksi ketika berumur 5 – 6 tahun, setelah itu akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit. Masa afkir sapi perah paling baik pada umur 10 tahun. Induk berumur 3 tahun menghasilkan lebih banyak susu daripada induk 2 tahun.

7. Frekuensi pemerahan
Biasanya pemerahan susu dilakukan dua kali sehari, namun untuk sapi berproduksi tinggi dapat dilakukan hingga 4 kali sehari. Frekuensi pemerahan ini cukup mempengaruhi produksi susu, umunya semakin sering di perah produksi susu akan semakin baik.

10. Teknik pemberian pakan
Pada dasarnya sapi tidak membutuhkan asupan sumber protein, namun khusus untuk budidaya sapi perah ini diperlukan tambahan protein bypass yang terkandung dalam konsentrat. Oleh karena itulah sapi perah sangat dianjurkan mendapatkan konsentrat disetiap harinya.

Itulah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sapi perah yang bisa kami tuliskan saat ini, untuk lebih lanjut mari berdiskusi malalui form komentar pada tulisan ini. terima kasih semoga bermanfaat.