Penyakit Tetelo Ngorok Atau ND Pada Ternak Puyuh


Tetelo merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ND pada unggas (puyuh, ayam, bebek, kalkun dan burung lainnya). penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyababkan kematian dalam waktu singkat. Mortalitas akibat ND ini bisa mencapai 100%. Sebagai peternak puyuh mungkin kita pernah mendengar ada puyuh/ ayam yang mati mendadak seluruhnya dalam 1 kandang. Salah satu penyebabnya adalah viru ND ini.

Penyakit tetelo/ ND ini mudah menular dari satu puyuk ke lainnya, bahkan dapat menular antar unggas berbada jenis seperti dari ayam ke puyuh atau sebaliknya. Virus ini dapat menular melalui udara sejauh 5 KM, melalui alat transportasi, peralatan kandang, petugas kandang, bahkan melalui karung makanan sekalipun. Penularannya juga sangat cepat.

Keterlambatan, kegagalan atau tidak vaksinasi puyuh merupakan penyabab utama kegagalan budidaya burung puyuh. Oleh karena itu, sebagai peternak kita harus mematuhi jadwal dan prosedur vaksinasi ND yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan ternak. Umumnya vaksinasi ND secara tetes dilakukan pada minggu pertama – kedua umur DOQ (anak puyuh). Setelah itu juga dilakukan vaksinasi ulang melalui air minum. Program ini sangat penting dah harus diikuti setiap peternak unggas sebagai tindakan prefentif untuk menghindari kerugian.

Ciri utama penyakit tetelo / ND ini antara lain: sesak nafas, ada bercak darah pada kotoran, bergerak melingkar dan jatuh, ngorok pada puyuh, dan lain-lain. pada puyuh yang telah mati akan terlihat bercak-bercak pendarahan pada tembolok, da nada peradangan pada saluran pernafasan. Hal ini dapat dilihat secara jelas bila puyuh yang telah mati tersebut dibedah, jika kita ragu dan kurang faham coba bawa puyuh tersebut pada petugas kesehatan ternak setempat untuk dilakukan diagnose yang akurat.

Tetelo atau ND pada puyuh dan unggas lainnya dapat dicagah namun sulit untuk diobati. Pencegahan paling utama adalah vaksinasi yang tepat. Selain itu sanitasi lingkungan, kandang, peralatan dan petugas kandang juga harus dilaksanakan seteliti mungkin. Lakukan pengapuran kandang 2 minggu sebelum DOQ masuk, dan semprot kandang dengan formalin seminggu sebelum DOQ puyuh masuk dengan kadar 1 : 5000 liter, atau 0,1 : 5 liter. Sanitasi juga dilakukan terhadap peralatan kandang, setiap orang yang keluar atau masuk kandang harus dibersihkan dengan disinfektan terutama alas kaki dan tangan. Pastikan bahwa anak puyuh yang anda beli berasal dari perusahaan yang sudah bebas dari ND, untuk itu jangan sembarangan dalam membeli bibit puyuh.

Jika ada puyuh dengan gejala ND maka sebaiknya segera di potong, dagingnya dapat dikonsumsi dengan syarat harus dimasak hingga matang. Sisa-sisa pemotongan harus dikubur jauh dari kandang dan ditaburi dengan kapur. Puyuh yang sudah mati akibat tetelo harus dikubur, tidak boleh dijadikan sebagai pakan ikan. Itu semua hanyalah sebagai tindakan kewaspadaan dan upaya pengendalian hama penyakit unggas sebagai salah satu sumbangsih dan tanggung jawap pengusaha ternak puyuh terhadap kesehatan lingkungan.

Demikianlah tulisan singkat tentang penyakit ND/ tetelo pada burung puyuh ini, semoga bermanfaat. Sampaikan kritik saran melalui form komentar, terima kasih.


Penyakit kulit pada puyuh


Penyebab umum penyakit kulit pada burung puyuh adalah parasit eksternal. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa parasit pada unggas (ayam, itik, puyuh, angsa, kalkun dan burung lainnya) ada dua jenis yakni internal dan eksternal. Parasit internal terdiri dari berbagai jenis cacing, dan parasit eksternal terdiri dari jenis; kutu, tungau, dan caplak. Kali ini kita akan membahas cara penanganan penyakit kulit pada puyuh akibat parasit eksternal ini.

Penyakit puyuh karena kutu
Kutu sering ditemukan dibawah bulu puyuh, seperti di bawah sayap, bulu dada, dan laiinya. Kutu ini akan menghisap darah puyuh. Kutu dalam jumlah kecil mungkin tidak terlalu membahayakan, tapi dalam jumlah besar pastinya secara langsung akan menurunkan produksi pada budidaya burung ini. telur-telur kutu umumnya dapat di lihat di sekitar pangkal bulu. Kutu puyuh dapat dibasmi dengan pemberian anti parasit eksternal berupa bedak powder. Obat ini dijual di seluruh toko obat hewan secara cukup bebas, mengenai cara pemberian bisa di baca di brosur atau tanyakan pada petugas kesehatan ternak di daerah anda.

Penyakit puyuh karena tungau
Pada dasarnya kutu dan tungau memiliki kesamaan dalam merugikan peternak puyuh, dimana kedua parasit ini sama-sama menghisap darah dan menurunkan produksi (telur dan daging). Tungau pada kaki puyuh akan menyababkan kudis dan dapat mulumpuhkan. Secara umum tungau akan menyebabkan anemia pada unggas. Tungau dapat dibasmi dengan bedak anti tungau dan parasit eksternal. Biasanya bedak kutu unggas juga dapat membasmi tungau dengan baik.

Penyakit puyuh karena caplak
Caplak bukan hanya menyerang sapi dan domba, tapi dapat juga menyerang semua jenis burung seperti puyuh dan ayam. Di lapangan kita bisa menemukan kasus puyuh yang terserang caplak. Umumnya caplak akan menyerang kulit dibawah ketiak (pangkal sayap) burung puyuh. Caplak ini akan mengakibatkan adanya bercak prndarahan disekitar lokasi yang diserang. Karena ukurannya lebih besar dari kutu peternak biasanya dapat mengambil dan membuangnya. Caplak sering ditemukan pada puyuh yang dipelihara pada kandang litter. Caplak juga dapat dibasmi sekaligus dengan kutu dan tungau menggunakan powder anti parasit eksternal.

Jika parasit telah menyabar ke semua puyuh dalam kandang maka penanganannya dapat dilakukan dengan pengasapan atau penyemprotan anti parasit eksternal. Dalam hal ini digunakan bahan kimia sejenis sodium florida. Untuk melakukan ini sebaiknya hubungi petugas kesehatan ternak di daerah anda. Itulah beberapa jenis parasit eksternal yang sering menyerang burung puyuh, semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat memahami cara terbaik penanganan penyakit pada puyuh.


Penyakit berak darah pada puyuh


Selain cacing, protozoa juga merupakan parasit berbahaya bagi pertumbuhan puyuh. Protozoa (hewan bersel satu) diyakini sebagai penyebab utama penyakit berak darah pada burung puyuh dan unggas lainnya. Biasanya unggas yang terinfeksi akan mengalami penurunan produksi telur dan berat badan secara sinifikan bahkan dapat meningkatkan kematian hingga 80% pada sebuah kandang. Penyakit berak darah ini dapat menular dengan mudah antar sesame puyuh dalam satu kandang.

Ciri utama puyuh yang terkena penyakit berak darah ini antara lain; jengger terlihat pucat, terlihat bercak darah pada feses, tidak ada nafsu makan dan terkadang ada yang muntah darah. Pada unggas yang telah mati akibat penyakit ini akan terlihat bercak darah di seluruh organ, bahkan terlihat di bagian paha dan dada.

Penyakit berak darah ini biasanya terjadi karena tingginya kelembapan litter, pentilasi yang kurang baik dan tingginya populasi. Dapat menular dengan mudah bahkan antar kandang yang berjarak dekat atau bibit penyakit ini juga bisa menular melalui peralatan dan alas kaki petugas kandang.

Oleh karena itu untuk pencegahan pastikan kondisi litter dalam kandang dalam keadaan kering, sesering mungkin lakukan membolak balikkan litter minimal dua kali seminggu. Jaga populasi puyuh dalam keadaan normal, usahakan sirkulasi udara berjalan baik. Selain itu gunakanlah peralatan minum puyuh yang baik, lakukan sanitasi terhadap setiap peralatan baru dan petugas yang akan masuk kandang.

Penyakit berak darah ini dapat diobati dengan pemberian larutan sulfanomida dan amprolium melalui air minum. Jika anda kurang memahami cara penggunaan obat ini sebaiknya hubungi petugas kesehatan ternak setempat. Obat ini dijual di toko obat hewan dengan berbagai merek dagang. Untuk mempercepat penyembuhan beri juga vitamin A dan K secara bersamaan. Pada dasarnya mencegah jauh kebih baik daripada mengobati, oleh karena itu protektif-lah dalam menjaga kebersihan kandang, jangan biarkan sembarangn orang masuk walaupun sekedar ingin melihat-lihat.

Penyakit ini sering juga disebut dengan koksidiosis, disebabkan oleh protozoa dan dapat menular dengan mudah. Berak darah dapat menyerang semua unggas; puyuh, ayam, itik/ bebek, angsa, kalkun dan lainnya. itulah sedikit penjelasan tentang kesehatan burung puyuh yang dapat saya bagikan kali ini, semoga bermanfaat.

baca juga: cara beternak puyuh dari hari ke hari


Penyakit cacingan pada puyuh


Biasanya pada ilmu kesehatan ternak penyakit akan diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya. Adapun penyebab tersebut antara lain: karena parasite, karena virus, bakteri, dan penyakit bawaan atau turunan. Pada umumnya penyakit yang paling sering ditemukan pada puyuh adalah penyakit akibat parasite ini. Parasite itu sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan tempat hidupnya, yakni internal dan ekternal.

Parasite internal pada puyuh merupakan jenis penyakit yang sangat merugikan peternak, karena dapat menurunkan produksi telur dan daging. Cacing merupakan salah satu parasit yang sangat meresahkan peternak. Pada dasarnya, penyakit puyuh cacingan ini memiliki banyak jenis pula, diantaranya:

Cacing mata: ciri utamanya, mata puyuh akan terlihat memerah (conjunctivitis) seolah terjadi iritasi. Bahkan dapat menyebabkan tertutupnya mata puyuh secara keseluruhan sehingga mangakibatkan kebutaan. Penyakit cacing mata ini dapat diatasi dengan pemberian obat cacing secara inject (IM). Jika anda kurang memahami teknik penyuntikan obat cacing ini sebaiknya minta bantuan petugas kesehatan ternak yang ada di daerah anda. Selain itu pemberian obat cacing secara oral via air minum juga dapat dilakukan.

Cacing trakea (tenggorokan unggas): trakhea dikenal sebagai tenggorokan pada unggas termasuk puyuh, ternyata di tenggorokan unggas ini juga sering ditemukan cacing-cacing kecil ± 2cm. Burung puyuh yang terinfeksi parasit ini akan gangguan pernafasan (nafas menjadi cepat), kepalanya sering bergetar (menggoyang-goyangkan kepala), dan sesak nafas. Cacing ini juga dapat dibasmi dengan pemberian obat cacing secara injeksi.

Cacing kerongkongan (Capillaria sp): merupakan parasit berbahaya yang hidip di saluran cerna puyuh, ayam, itik/ bebek, dll. Ukuran cacing ini cukup besar hingga 6 cm. umumnya puyuh yang terinfeksi parasit ini akan terlihat kurus dan lemah. dapat dibasmi dengan pemberian obat cacing secara oral (diminumkan).

Cacing pada lambung puyuh (Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea): cacing jenis ini paling sering ditemukan pada puyuh. Biasanya burung yang terkena penyakit cacingan ini akan mengalami diare, lemas, pembengkakan di daerah tembolok, dapat dirasakan dengan meraba daerah tersebut. Ukuran cacing ini sangat kecil tapi jumlahnya sangat banyak. Untuk mengobati penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing secara oral melalui air minum.

Secara umum itulah cacing yang paling sering ditemukan pada ternak puyuh. Sebenarnya masih banyak jenis cacing lain yna dapat menurunkan produksi ternak (telur dan daging) namun perlu kita ketahui bersama bahwa penanganan cacing bukanlah hal yang sulit dalam beternak unggas. Bisa dikatakan bahwa semua jenis cacing pada puyuh, ayam dan itik dapat dibasmi sekaligus dengan pemberian obat cacing. Untuk itu semua peternak dianjurkan melakukan pemberian obat cacing secara rutin sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan ternak.